WELCOME

Cinta vs Benci, Kecewa vs Bangga

Selalu Ada yang menarik saat melihat situs pertemanan seperti facebook, uraian kata yang tercantum dalam status maupun komentar-komentar yang muncul selalu menjadi objek kreativitas maupun sumber inspirasi. Namun kemarin ada satu yang menarik dan membuat otak saya jadi tergugah untuk membahasnya, bahkan tangan saya jadi gatal untuk menulis di blog ini.

Awalnya saya Cuma sekedar iseng-iseng liat kabar terkini, kali saja statusnya orang yang bisa “dihabisi”. Lumayan kan? ketimbang pergi jungkir balik depan basecamp, nanti malah disangka orang gila padahal memang iya. yah, lanjut ya. Nah, akhirnya setelah putar scroll mouse, akhirnya muncul sebuah status yang cukup unik. Awalnya biasa saja...tapi di akhirnya...ahh...sabar...liat saja kelanjutannya.

Status itu milik teman satu jurusan saya, sekaligus satu fakultas, bahkan satu kampus (ya iyalah). Saya biasanya manggil dia si Diut, orangnya suka garuk-garuk kepala nda jelas (tari yang bilang), terus suka jahil nyebutin nama depanku dengan huruf “e” taling, padahal harusnya pakai “ e’ “ pepet. saya kenal dia mulai kapan ya ? oh mungkin dari semester 1. cukup lama tapi Sampai sekarang saya belum tahu hobbi tetangganya apa, buat apa juga.Tapi intinya adalah si Diut ini 3 jam yang lalu nulis status dengan bunyi (tulisan) seperti ini:

How to hate someone you loved

Banyak ide yang terlintas di kepala saat itu untuk ikut nimbrung , mulai dari jahil, iseng, serius dan seterusnya dan lain-lain dan sebagainya. Tapi saat hendak memilih salah satu tindakan yang tidak penting banget, tiba-tiba saya melihat sebuah komen yang tertera di kolom komentar dari status itu sekitar 45 menit yang lalu. yaitu komen ke 21 dari seorang kakak tingkat yang biasa ku panggil kakak Fika.
Isinya kurang lebih seperti ini:

ehm, Agak panjang, mending liat langsung status dan komennya.
biar lebih visualistik dan saya tidak perlu repot-repot nulis lagi









Menarik ya? Awas kalau berani bilang tidak. Meskipun bahasa inggris saya tidak bagus-bagus amat, setidaknya saya bisa mengerti maksud dari kak fika tersebut meskipun Cuma sebagian (yah, ngerti10% lah).

Intinya adalah Bahwa sesungguhnya kita tidak bisa membenci dan menyayangi seseorang secara bersamaan. Bahwa mungkin kita berada dalam fase waktu membenci dan menyayangi tapi dalam 1 satuan detik itu kita tidak bisa melakukannya sekaligus. Tadi kita bisa jengkel, tapi sekarang kita bisa senang, setelah itu kecewa, setelah itu bangga. Semua perasaan itu hampir terjadi secara bersamaan tapi TIDAK BERSAMAAN.

Bahwa hal seperti itu adalah wajar terjadi pada anak seumuran kita, sesungguhnya kita tak sanggup untuk menampik bahwa itu akan terjadi secara alamiah. Terkadang bentuk jengkel itu karena kekagetan diri kita yang tidak siap atas sikap yang dilakukan seseorang, rasa senang ada saat kita berada dalam kondisi yang terkadang mengejutkan namun kita siap dengan bentuk ideal tersebut, bahkan terkadang kita bisa menciptakan rasa senang itu muncul sendiri. Bentuk kekecewaan muncul sebagai bentuk ekspektasi (yang mungkin berlebih) saat kita mengharapkan seseorang mampu melakukan sesuatu tapi ternyata tidak. Sedangkan Rasa bangga muncul ke permukaan sebagai bentuk syukur atas apa yang ada di sekitar kita saat itu.

Sangat tidak masuk akal bila Benci dan Cinta terjadi bersamaan. Tapi sangat mungkin jika dalam suatu kurun waktu yang berdekatan.kita tak akan pernah tahu bahwa rasa benci dan cinta itu kapan akan muncul dan pada siapa akan teraba.

kalau saya boleh sedikit bercerita, beberapa bulan terakhir Saya mengalami beberapa fase saat berkomunikasi dengan seorang perempuan dan setiap fasenya selalu terjadi pergolakan.

Fase pertama terjadi saat saya dipaksa teman saya untuk berkenalan dengan perempuan ini. Perempuan ini menurut kesan pertamaku biasa saja,ramah, tidak cantik, tidak manis, tidak keibuan, tidak norak, tidak lembut-lembut amat, nothing special deh. Segala sesuatunya berjalan biasa saja

Fase kedua dimulai saat melihat karakter unik dalam perempuan itu, sebuah hal yang saya garis bawahi bahwa belum pernah saya melihat perempuan yang mungkin kurang perhatian (kalau boleh diperhalus dari kata Cuek). Bahkan kalau bertemu di koridor pun jarang menyapa dan senyum. Gan Karena saya orangnya nda enakan, jadi terpaksa saya yang duluan menyapa. Karena itu muncullah gosip-gosip tentang saya dan dia yang membuat saya merasa tidak enak sendiri dan akhirnya defence.

Fase ketiga menggambarkan betapa saya akhirnya dapat kesempatan untuk menjelaskan tentang apa yang terjadi sebenarnya. Bukan Cuma tentang Bagaimana menutup diri dari gosip-gosip tidak jelas itu serta alasan kenapa saya selalu menyapanya. Tapi sekaligus saya bisa memahami karakter aslinya seperti apa dan bagaimana.dan sungguh beruntung dengan kepribadian yang tidak biasa itu saya untuk pertama kalinya mempercayai seseorang yang baru saya kenal, bahkan beberapa hal yang tidak kuceritakan pada orang lain pun saya ceritakan kepadanya karena saya begitu percaya. Dia pun saat saya menegur sikapnya yang kadang (sering) tak acuh meminta untuk menegurnya kembali kalau saja suatu saat dia seperti itu lagi.

Fase keempat. Bukan sebagai orang yang ingin saya miliki, tetapi Saya menyayangi dia sebagai orang yang saya percaya, Entah saya yang terlalu berlebihan atau bagaimana hingga saya merasa terlalu mengganggu dia. Saya melihat ada sesuatu yang menurut saya kurang sesuai darinya dan berusaha saya sampaikan dengan bahasa tidak langsung. Namun sayangnya dia sering tidak mengerti dengan maksud saya, alhasil saya merasa kecewa atas sosok yang kubanggakan. Dan mungkin dia juga kecewa dengan saya (meskipun mungkin dia tidak pernah bangga dengan saya yang tidak punya apa-apa yang bisa dibanggakan).

Nah, disinilah yang saya maksudkan, bahwa benar apa yang dikatakan kakak fika, “imposible to hate and love in same time.” Meskipun dalam konteks kejadian yang saya alami bukan masalah cinta dan benci tapi lebih mengarah ke bangga dan kecewa.

Sebelum masalah ini mencuat,ternyata ada Konflik laten yang terjadi dalam diri ini. Bahwa sebuah keinginan untuk membuat seseorang yang kita banggakan dan tepercaya itu menjadi sosok yang lebih baik ternyata tidak tercapai dan cenderung terabaikan olehnya. Bentuk kekecewaan yang sangat wajar oleh remaja manapun saya rasa. Namun kebencian dan kekecewaan sebenarnya bisa terhapuskan bila kita bisa mencoba memahami atau mengerti latar belakang orang tersebut.

Hari ini saya baru sadar, bahwa SEHARUSNYA, seorang saya seharusnya bisa menghindari kata “kecewa” tersebut. Seharusnya saya bisa melihat karakter dan kepribadiannya seperti apa. Seharusnya saya tahu latar belakangnya dulu seperti apa. Seharusnya saya mengerti kondisi dia saat ini yang juga dipenuhi masalah lain.  tapi kenapa? Kenapa bisa-bisanya saya melupakan hal penting itu? Kenapa saya bisa melupakan sesuatu yaitu seharusnya saya yang memahami orang lain terlebih dahulu? Apakah ini titik balik untuk kedapannya agar saya tidak melakukan kesalahan yang sama?

Pelajaran hari ini adalah
Bangga dan Kecewa tidak bisa terjadi bersamaan.
Benci dan Cinta tidak bisa terjadi bersamaan.
Benci dan Kecewa bisa dicegah dengan memahami orang lain.
Kebanggaan dan Cinta dapat dibentuk oleh keinginan dari dalam diri sendiri

30 April 2010
Di Atap rumah
Pukul 20.00 wita
maaf tulisannya tidak sempat diedit, malam sudah larut dan ngantuk berat.

    Special thanks untuk:
1. Dian Utami
2. Kakak Rafiqah Nurdin
3. Perempuan yang saya bahas di atas
     sebagai sumber inspirasi postingan ini. Wish them Luck

0 Response to "Cinta vs Benci, Kecewa vs Bangga"

IKLAN

Cari Blog Ini

Powered by Blogger