WELCOME

SAYA DAN GADIS

Ditulis oleh bagian dari kepribadianku yang lain (tipe 3)

Banyak diantara teman-teman saya yang selalu menanyakan seperti ini, “kamu kok ga pernah pacaran? Memangnya masa mudamu mau terbuang percuma?” Atau ada lagi yang berujar seperti ini, “kalau kamu tidak berusaha menjalin hubungan sekarang , nanti kamu akan canggung saat dewasa.” Yang paling konyol adalah pertanyaan seperti ini, “tidak pernah suka sama cewek kah? Atau orientasimu sudah berubah ke cowok?” Nah, pertanyaan terakhir ini bisa saya jawab dengan cepat secepat kecepatan suara, YA PERNAH LAH....tapi itu hanya sebatas kagum dan pastinya orientasi saya tak akan berubah (insya allah, doakan yah).

Terus bagaimana perasaan saya terhadap lawan jenis? 5 Hari lagi saya baru genap 18 tahun, dan jujur dari lubuk hati yang paling dalam saya belum cukup matang dalam membuat definisi tentang cinta terhadap lawan jenis, bahkan mendefinisikan arti cinta pun kadang masih bingung. Hasrat untuk menghargai, menyanjung ataupun menghormarti perempuan itu tumbuh secara kultural dalam darah keluarga saya. Sekedar flash back ke 35 tahun yang lalu, saat ayah saya begitu dikejar-kejar oleh banyak gadis mungkin karena kebaikan, ketampanan dan profesinya (katanya sih gitu, saya juga diceritakan) justru ayah saya memilih seorang wanita yang biasa-biasa saja dan sangat sederhana, ujung-ujungnya wanita itu menjadi orang yang melahirkan saya 17 tahun kemudian. Dan tampaknya buah apel tak jatuh jauh dari pohonnya, seperti ayah saya, saya pun lebih menyukai tipikal wanita yang biasa-biasa saja, sederhana, dan penyabar, serta lebih cenderung pendiam. Kalau mau main jujur-jujuran, dulu sih ada beberapa orang semasa kecil saya yang melambangkan kepribadian seperti itu dan selama beberapa jam dalam hati saya hanya bisa berujar, “Wah, santun sekali yah.” Dan setelah itu kehidupan menjadi normal lag, hanya sebatas kagum kan. Kalau mau betul-betul mau menjawab pertanyaan seperti,” masa sih, kamu tidak pernah jatuh hati walau cuma sekali?” ehm, sebenarnya cukup berat untuk menjawab ini. Sekilas saya akan jawab, dan sisanya kalian tanyakan ke Andis dan Alifia. Saya pernah merasakan rasa kagum yang begitu besar terhadap seorang (ingat, lawan jenis yang saya maksud). Saya tidak pernah menyentuh, mengajak bicara, bahkan memberikan perhatian pun tidak pada sosok ini(sebut saja namanya Intan). Intan selalu membuka topik pembicaraan yang menurut saya sekedar pembicaraan biasa. Akan tetapi, ternyata dialah yang mengajarkan saya banyak ilmu tentang arti hidup, mengajak saya untuk keluar dari zona diam dan lebih terbuka menyampaikan isi kepala, belajar bagaimana mengerti keinginan orang lain lewat bahasa tubuhnya, bahkan mengajarkan bagaimana cara menghadapi orang yang sedang ingin curhat (ini yang paling susah). Dan sayang sekali saya baru sadar kalau saya sangat mengagumi dia justru saat malam pertama Pesantren Kilat di Pondok Madinah beberapa bulan yang lalu. Sepanjang malam itu membuat saya begitu menyesal karena belum bisa melakukan hal yang terbaik untuk intan sebelum dia pergi untuk selamanya.

Dan itu adalah masa lalu, bagaimana dengan masa kini kawan? Sifat melankolis saya mungkin terlalu tinggi dalam menentukan standar, parahnya lagi, sifat plegmatis pun membuat saya lebih menyukai peran pengamat ketimbang pelaku. Tapi tampaknya keindahan yang mendasar seperti pendiam dan sederhana masih menjadi First Impression bagi saya.oh iya, sekedar selingan. Paska kegiatan LKMO 2009 juni lalu, saya juga jadi tertarik melihat orang-orang (laki-laki & wanita) yang agak introvert, keras kepala, dingin dan misterius. Menurut saya mereka adalah tipikal orang patut diperhitungkan, kebanggaan tersendiri bagi saya jika bisa memecahkan tembok besar itu,heheh. Jujur, di kelas saya yang jumlahnya 222 orang ada beberapa orang yang memiliki karakter seperti itu. Dan jujur, mereka sangat menyenangkan untuk di ajak berteman, bahkan ada pula yang saya anggap sebagai adik (meskipun dia kayaknya lebih tua) supaya proses pertemanan itu bisa lebih ringan ke depannya. Tapi hanya sebatas itu, tidak lebih.

Oke, kembali ke topik antara saya dan perasaan saya (halah). Sejujurnya saat ini ada seseorang yang membuat saya kembali berdecak kagum, tapi saya masih menyelidiki lebih jauh apa yang membuat saya berpikiran seperti itu. Entah ke depannya seperti apa, belum tentu dia akan jadi orang yang akan bersanding di samping saya. Yang jelas apapun yang terjadi, saya berusaha untuk tidak menyampaikan sesuatu yang menyangkut perasaan jika memang kami belum layak memasuki fase usia yang tepat. Saya merasa waktu yang tepat untuk mengutarakan itu akan tiba pada waktunya dan dengan cara yang lebih halal. Teman saya kembali bertanya, “Bagaimana kalau dia nanti diambil sama orang lain, hanya gara-gara kamu tidak mengungkapkannya duluan?”. Bagi saya itu bukan masalah, yang menjadi masalah adalah saat saya mengatakan perasaan saya di waktu yang belum tepat, maka saya akan menjadi khawatir dia akan terganggu, entah itu akan mengacaukan fokus belajarnya, ataukah merasa tidak nyaman dengan perkataan saya. Lagipula saya tidak ingin membuat ikatan dan membuat dia merasa terikat dengan kata-kata saya. Karena, jika memang sudah takdir, maka saya yang akan mendatangi tempat tinggalnya dan memintanya dari orangtuanya secara baik-baik. Dan saya sangat berharap dia (siapapun nantinya) yang mengisi masa-masa tua saya menjadi bagian terindah, seindah planet venus seperti yang tertuang dalam dubbing lagu penutup film serial Mojacko:

Sejenak bintang utara bermain dengan air mengitari planet saturnus bersama-sama
kata-kata yang indah tidaklah perlu, sungguh menyenangkan hati hingga waktupun terlupakan
Planet venus yang indah seperti dari emas, tempat yang paling indah yang pernah kau antar.

diselesaikan Oleh: Asai Tipe 3
Kompleks Griya Alam Permai
Sabtu, 6 Februari 2010
Pukul 22.22 wita

tersesat

0 Response to "SAYA DAN GADIS"

IKLAN

Cari Blog Ini

Powered by Blogger